Alam itu luas. Rumah sendiri saja luas, bayangkan kalau alam ini dianugerahkan olehNya hanya untuk kita dan semua makhluk hidup di dunia. Alam kalau diumpamakan sama seperti kita, punya tanggal lahir (meski tidak ada yang tahu pasti kapan. Ialah Yang Maha Tahu), punya bentuk sendiri, punya sejarah sendiri, dan punya perasaan yang berubah-ubah dengan cara penyampaian yang berbeda. Begitulah, harus dipelajari apa isinya, apa yang diinginkan, dan apa saja aturan yang dimilikinya.
Setelah 4 milyar tahun, jadilah alam dengan keadaan yang kian mengenaskan. Apa yang telah kita perbuat? Kita menyiksanya bagai anak haram dalam sinetron. Kita selalu ingat akan uang, bisnis, kekuasaan. Kita tak pernah mengingat apa yang telah disediakan alam untuk kita. Tempat tinggal dengan kondisi alam yang berbeda-beda sesuai keinginan, sumber daya alam yang begitu melimpah, dan perlindungan kuat untuk mencegah setitik benda pun dari luar melukai kita. Tapi lihat perbuatan kita. Kini kita merusak semua yang dimilikinya. Tanah-tanah subur itu, Hutan-hutan hujan dan ikan-ikan itu, lapisan ozon itu. Semua kita jadikan rumah. Kita membeli banyak rumah, kita punya banyak cabang hotel, kita punya segunung mall. Hanya untuk uang yang tidak abadi.
Satu bangunan bisa merusak alam. Butuh lahan dengan menggilas sawah, butuh kayu untuk pondasi dengan menebang hutan, butuh deretan truk untuk membawa bahan-bahan bangunan (dan itu menghasilkan CO2), butuh air untuk para tukang, butuh listrik untuk menyalakan segala keperluan rumah tangga. Kalau tak ada semua itu, tentu tak ada dunia modern. Bukankah itu artinya tanpa alam kita tak bisa apa-apa? Kita hanya bisa meminjam tanpa menggantinya dengan yang lebih baik. Bukankah lama-kelamaan kita hanya menjadi parasit?
Yup, alam telah menunjukkan perasaannya. Zaman sebelum nenek kita lahir, alam selalu menyambut manusia dengan hari yang cerah tiap pagi, sunset yang begitu menawan, dan bintang-bintang bertaburan tiap malam. Tapi lihatlah apa yang terjadi sekarang, pagi-pagi panas menyengat, tidak jelas kapan hujan turun dan kapan terik muncul, bahkan tak terlihat satu bintang mengisi langit malam. Dan pikiran kita masih belum tergugah juga. Yang bisa kita lakukan hanya mengeluh saja.
Alam mulai marah, terbakar akan isi otak kita yang kosong dan hanya berisi uang dan kapan kiamat datang. Tak bisakah kita melakukan hal kecil yang bisa menyelamatkannya perlahan-lahan dari kematian? Jangan hanya bisa bicara saja. Kenapa kita tidak membawa bekal dari rumah? Bisakah menyewa film atau membeli buku tanpa kantong plastik bila hanya berisi satu atau beberapa buku? Kita kan punya tas yang bagus-bagus, kenapa repot-repot memakai plastik yang buruk rupa dan baunya tidak enak? Kalau beli bakso, bawalah rantang atau kotak makan sendiri yang lebih awet. Kan lebih sehat daripada memakai plastik. Karena di makanan panas, racun pada plastik bisa masuk ke makanan.
Tidak perlu merasa susah memperbaiki alam. Mulailah dengan hal kecil, yaitu merubah pandangan kita akan pentingnya alam untuk dijaga.
NB: idenya rada mentok. bahasanya ancur deh :P
bagus kok chik, gak ada ancur ancurnya..
BalasHapusnggak ada ancur ancurnya berarti ancur banget ya?
BalasHapuswheee.. kok jadi gituu?..
BalasHapuschika, blog kamu itu isinya bagus, gak ada yg ancur, apalagi ancur banget..