Sabtu, 30 April 2011

To Be Different

Apa salahnya menjadi berbeda?


Kau, ya, kau. Sekali lagi aku bertanya padamu. Haruskah kalian menjadi sama, untuk bisa satu?
Betulkah kalian tidak dianggap, bila tidak sama dengan yang lain?
Kenapa kalian malah membuat KOMUNITAS menjadi POPULASI?
Menjadi kelompok sendiri, dengan cerita yang sama, yang begitu stagnan dan perlahan berlari menuju kebosanan.

Haruskah kalian melepaskan yang lain? melupakan yang lain?
Hanya demi mendapatkan suasana yang sama? 
Yang mungkin di mata kalian cerah, tapi di mataku begitu sempit dan terasingkan.

Ya, kalian sebenarnya diasingkan yang lain, bukannya menjadi mayoritas, yang menguasai yang lainnya.
kalian perlahan ditinggalkan yang lain, karena perlakuan kalian terhadap mereka.  
Ditinggalkan bersama seluruh harta kalian yang begitu berharga, yang perlahan pula sirna ditelan waktu
tak berbekas 

Bukannya perbedaan, yang membuat kita satu? 
Yang membuat hidup kita menjadi lebih kaya, lebih berwarna, dan lebih berarti?
Sehingga perdamaian dunia begitu mudah diwujudkan,
tanpa adanya orang yang memprotes perbedaan agama, ras, suku bangsa, warna kulit, dan perbedaan persepsi maupun perspektif.

Apalagi yang terjadi pada kalian semua. 
Kalian menutup mata dan telinga, di dalam mulut besar yang tak berhenti berkoar-koar hingga berbusa.
Kalian menutup diri, mengaku sebagai minoritas yang diasingkan hanya karena perbedaan bahan pembicaraan.
Tidak bisakah kita berbaur? berosmosis bersama yang lainnya?
Saling berbagi, mendengar, tertawa bersama-sama
dalam kisah yang begitu beragam, dan memperkaya wawasan kita? memperkaya hati kita? 

Hilangkan perbedaan
Jadi diri sendiri, yang apa adanya
dengan gaya, dan selera kita sendiri 
tanpa harus memaksakan diri untuk menjadi sama,
untuk menjadi eksis di antara yang lainnya

Hargai mereka yang berbeda
dengan saling berbagi kebersamaan, dan kekuatan 
di dalam ruangan luas berselubung energi ini. 
untuk menjadi diri kita yang seutuhnya

UNTUK MENJADI SATU! 


 “Saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun
Saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa
bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. kita hendak
mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan
buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya,
tetapi ‘semua buat semua’.”
 
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya.
Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam
buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat
Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia
buat Indonesia, semua buat semua!”
 
“Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan
milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu
golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai
Merauke!”
  
 “Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan
kebangsaan Sumatra, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali atau
lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar
satu nationale staat”
 
Soekarno 
 

Kamis, 28 April 2011

Hope, Struggle, Triumph Part 6: (im)Possible

“The pessimist sees difficulty in every opportunity. The optimist sees the opportunity in every difficulty.” -- Winston Churchill

Aku ingin menjadi orang sukses, tapi aku tidak pintar.
Aku ingin mengelilingi dunia, tapi aku tidak punya uang sebanyak itu.
Aku ingin menjadi pacarnya, tapi tidak mungkin ia suka dengan orang sepertiku.
Aku ingin membuat cerita yang seru, tapi aku tidak punya ide maupun inspirasi.
Aku ingin mengambil foto yang bagus, tetapi aku tidak mempunyai kamera sebagus itu.
Aku ingin pergi kemanapun aku mau, tapi aku bahkan tidak bisa mengendarai motor.
Aku ingin menciptakan sesuatu yang baru, tapi aku tidak kreatif.
Aku ingin mendapat nilai bagus saat ujian praktik musik, tapi aku tidak bisa memainkan alat musik dengan baik.
Aku ingin mendapat nilai bagus dalam olahraga, tapi aku tak pintar berolahraga.
Aku ingin membuat film secerdas Inception, tapi aku tidak bisa berimajinasi sejauh itu.
Aku ingin selalu menjadi orang yang kuat, tapi aku hanya orang yang mudah menangis.


Hilangkan semua kata ‘TAPI’ dan ‘TIDAK’ dari kamusmu. Buat semua yang kauinginkan menjadi mungkin.

““imagination” , ” imagination”, “imagination “!!! Ciptaan besar!!! Kita
yang dahulu bisa menciptakan candi-candi besar seperti Borobudur dan Prambanan, terbuat dari batu yang sampai sekarang belum hancur. Kini kita telah menjadi satu bangsa yang kecil jiwanya, Saudara-saudara !! Satu bangsa yang sedang dicandra-cengkala kan didalam candra-cengkala jatuhnya Majapahit, sirna hilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama sekali. Menjadi satu bangsa yang kecil, satu bangsa tugu “rong depa””
—Soekarno

Jumat, 01 April 2011

Yakin

Jangan takut.
Kita masih bersama.
Kita masih satu.
Kita masih saling mengangkat satu sama lain.


Jangan tertunduk.
Tertunduklah setiap memandang soal,
tapi tegakkan kepalamu setiap kenyataan datang.


Jangan meringkuk.
Semua ini tak bisa kauhindari.
Yang kau perlukan adalah untuk tetap berdiri tegak,
membuka pandangan lurus ke depan,
dan tidak ada minat untuk mundur ke belakang.


Seharusnya apa yang sudah mereka lakukan pada kita
membuat kita menjadi lebih berani,
bukan menjadi lebih dan lebih takut lagi.


: Yakinkan hatimu
Tarik nafasmu dan biarkan itu berhembus bersama angin
Buang jauh takutmu
Angkat dagumu
Siapkan kakimu
Berlarilah!
karena tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk merangkak


Jangan kau berani putus asa
tidak membuatmu naik, itu membuatmu dijatuhkan lebih jauh ke bawah
Hilangkan semua rintangan, mulai dari yang seringan pasir, kerikil, 
hingga tebing yang sulit diruntuhkan
yang menghalangi pandanganmu


Arahmu. Tujuanmu. Pilihanmu.Keyakinanmu. Kesempatanmu. Masa depanmu. Cerita hidupmu. Harapanmu. Perjuanganmu. Kemenanganmu. 
Semuanya ada di genggamanmu.


Buat segalanya mungkin,
buat semua yang telah kaulakukan selama tiga tahun penuh cerita ini menjadi berarti,
dengan ending yang bahagia.


LULUS UN!

Hope, Struggle, Triumph Part 5: YOU

“If you can imagine it, you can achieve it; if you can dream it, you can become it.William Arthur Ward

Aku ingin menjadi seorang Rowan Atkinson, yang cerdas, tapi selalu berhasil membuat semua orang terbahak.
Aku ingin menjadi seseorang yang sekuat Soedirman, biarpun paru-paru tinggal satu, perjuangan tetap dirampungkan hingga titik darah penghabisan.
Aku ingin menjadi seorang Napoleon Bonaparte, biar kecil tapi dia berhasil menguasai hampir semua dataran Eropa.
Aku ingin menjadi seorang John Lennon, yang musiknya tetap tak terkalahkan dimakan zaman.
Aku ingin menjadi seorang Soe Hok Gie, yang berani menyatakan pendapatnya dan mengemukakan hal yang benar.
Aku ingin menjadi seorang William Shakespeare, yang menjadi penulis terbesar Inggris.
Aku ingin menjadi seorang  Mahatma Gandhi, yang berani menyatukan dunia yang kacau akibat perbedaan.
Aku ingin menjadi seorang Iwan Fals, yang sedikit bicara tapi banyak kerja.
Aku ingin menjadi seorang Amelia Earhart, yang bisa terbang menyeberangi Samudera Atlantik.
Aku ingin menjadi seorang Gayus Tambunan, yang sedikit kerja tapi selalu kebanjiran uang.
Aku ingin menjadi seorang Forrest Gump, yang tidak pintar tapi dapat mengubah dunia.
Aku ingin menjadi seorang Christopher Nolan, sutradara jenius yang tiap filmnya selalu banjir pujian.
Aku ingin menjadi Tony Stark, yang pintar fisika dan kaya raya.

"Aku ingin jadi seperti hamster-hamsterku, yang biarpun jatuh berjuta kali, mereka selalu mulai berdiri dan mencoba lagi."

Walaupun begitu banyak keinginanmu, kau (seharusnya) masih bisa dan hanya ingin menjadi diri sendiri. Hanya ada satu dirimu di dunia ini, dan kau tak perlu menjadi orang lain kalau kau punya kemampuan untuk bisa menjadi lebih baik dari mereka.

“Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan
sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya.”—
Soekarno